LAPORAN PRAKTIKUM USAHA ANEKA TERNAK UNGGAS

Halo Sahabat Ternak, kali ini kita akan membagikan contoh LAPORAN PRAKTIKUM USAHA ANEKA TERNAK UNGGAS . simak terus dan semoga memberi pencerahanya gaes.


LAPORAN PRAKTIKUM USAHA ANEKA TERNAK UNGGAS

Disusun oleh :

Kelompok IV

LABORATORIUM ILMU TERNAK UNGGAS
BAGIAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA


BAB I – PENDAHULUAN

Kebutuhan DOC di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah maupun skala usaha peternakan ayam di Indonesia. Tercatat pada tahun 2014, produksi DOC ayam broiler seluruh Indonesia mencapai 1 milyar ekor. Sebuah angka yang fantastis bagi kita. Diperkirakan, angka ini akan terus bertambah di tahun-tahun mendatang. 

Produksi DOC ditopang oleh 2 komponen utama yang saling berkaitan yaitu breeding farm dan hatchery. Breeding farm dalam hal ini adalah produsen telur tetas. Sedangkan hatchery atau penetasan adalah unit yang menetaskan telur tersebut menjadi DOC. Masing-masing komponen ini memiliki standar operasional prosedur dan manajemen yang berbeda. 

Sektor penetasan merupakan salah satu sektor penting dalam industri pembibitan unggas, merupakan tempat ditetaskannya bibit-bibit yang berkualitas baik yang nantinya akan dibudidayakan dan merupakan sumber dari industri pembibitan dan budidaya komersial. Aspek yang harus diperhatikan pada perusahaan penetasan adalah tatalaksana penetasan yang meliputi seleksi telur tetas, proses penetasan, sampai kegiatan pasca tetas. Tatalaksana penetasan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan DOC yang berkualitas baik pula.

Praktikum Usaha Aneka Ternak Unggas ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penetasan dilaksanakan dalam sebuah industri besar. Praktikum dilaksanakan di PT. Japfa Indonesia Tbk Poulry Breeding Division, Hatchery JBTH XI Tengaran. Manfaat dari praktikum ini adalah meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai industri penetasan serta peluang-peluang usaha yang mungkin dilaksanakan pada bidang ini.


BAB II – PROFIL PERUSAHAAN

Sejarah Perusahaan

Japfa Comfeed Indonesia Tbk unit hatchery Tengaran merupakan anak perusahaan dari PT. Japfa Comfeed Indonesia dibawah manajemen PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1985, perusahaan ini awalnya bernama PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. Tahun 1997 proyek pembangunan untk Hatchery XI Tengaran dimulai, dan pada tahun 1998 operasional dimulai. Tanggal 1 Juli 2012 PT. Multibreeder Adirama Tbk. Melakukan merger dengan PT. Japfa Comfeed Indonesia menjadi PT. Japfa Indonesia Tbk Poulry Breeding Division, Hatchery JBTH XI Tengaran, untuk mengoptimalkan kerja perseroan.

Lokasi

Japfa Comfedd Indonesia Tbk. Unit Hatchery Tengaran berlokasi di Dusun Kaligandu, Desa Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Lokasi perusahaan berada di lereng gunung Merbabu. Terletak antara 11.0190-11.0250 bujur timur dan 7110-7160 lintang selatan. Berada di ketinggian 729 meter dari permukaan laut, suhu sekitar antara 200 sampai 280C dengan kelembaban 70 sampai 90% RH dan curah hujan rata-rata 1989 mm/tahun.

Visi Perusahaan

“Berkembang Menuju Kesejahteraan Bersama Dibangun Atas Dasar Keyakinan dalam Membina Hubungan yang Saling Menguntungkan, Berdasarkan Kepercayaan dan Integritas dan Bersama Seluruh Pihak-Pihak Terkait, Perseroan Selalu Mengambil Posisi Pro-Aktif dalam Mengembangkan Hubungan yang Saling Menguntungkan”.

Misi Perusahaan

menjadi penyedia terkemuka dan terpercaya di bidang produk pangan yang berprotein dan terjangkau di kawasan berkembang Asia, berlandaskan kerjasama dan pengalaman teruji, dalam upaya memberikan manfaat bagi seluruh pihak terkait

Struktur Organisasi

Japfa Comfedd Indonesia Tbk. Unit Hatchery Tengaran dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi 5 orang supervisor dan 1 orang personalia. 

Seorang manajer di PT. Japfa Comfedd Indonesia Tbk. Unit Hatchery Tengaran Mempunyai tugas antara lain perencanaan program kerja, pengawasan, analisa, evaluasi, serta mengkoordinir seluruh proses manajemen produksi hatchery mulai dari proses penerimaan hatching egg (HE), setting, pull chick, grading sampai dengan pengiriman DOC ke konsumen. 

Seorang supervisor di PT. Japfa Comfedd Indonesia Tbk. Unit Hatchery Tengaran mempunyai tugas antara lain perencanaan, koordinasi, pengawasan, dan melakukan supervisi seluruh kegiatan dalam proses manajemen produksi Hatchery beserta kelengkapan administrasinya. Supervisor membawahi bagian administrasi, kepala grading, candling, dan seleksi. 

Tugas Kepala Grading adalah mengawasi karyawan dan bertanggung jawab terhadap tugas para karyawan dalam menerima telur dari farm, fumigasi dan grading telur. Kepala Candling bertugas mengawasi kerja karyawan dalam melakukan setting, candling sampai transfer. Kepala Seleksi bertugas mengawasi kerja karyawan dalam melakukan pull chick, seleksi DOC, potong paruh sampai vaksinasi DOC. 

Tugas Personalia dan General Affair Supervisor adalah merencanakan, mengkoordinasi, mengawasi dan melakukan supervisi seluruh kegiatan administrasi kepegawaian (personalia), pengawasan sanitasi dan biosecurity, permasalahan umum dan menangani hubungan masyarakat dan instansi terkait untuk menunjang kelancaran kinerja perusahaan.

Bagian administrasi penerimaan telur bertugas merekap data telur yang masuk dari berbagai farm, total telur yang dapat ditetaskan dan jumlah telur yang rusak. Administrasi bagian hasil penetasan bertugas merekap data candling, telur yang menetas sampai jumlah DOC yang siap dipasarkan.

Bagian keamanan atau satpam bertugas menjaga keamanan lingkungan luar maupun bagian dalam lingkungan hatchery. Lama jam kerja PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tengaran adalah 7 jam/hari, sistem kerja di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. unit Tengaran dilakukan setiap hari sehingga untuk hari libur dijadwalkan oleh supervisor.


BAB III – PEMBAHASAN

Hatcher Room

Mesin penetas (Hatcher) yang terdapat di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. terdapat dua macam yaitu Chick Master Isis dan Petersime, jumlah masing-masing kedua mesin yaitu 16 unit. Hatcher merupakan tempat yang digunakan untuk meletakkan telur yang akan menetas (berumur 19 hari) sampai telur tersebut menetas, pada hari ke-18 telur dipindahkan dari mesin setter ke hatcher selanjutnya telur dibiarkan untuk menetas pada malam hari pada hari ke-19 atau hari ke-20.

D:\LAPORAN PKL\FOTO PKL\IMG_20150209_073505.jpg

Gambar 1.Hatcher Room PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk unit Tengaran

Mesin Hatcher terdiri dari satu ruang kamar, kipas, cooling, damper, spray, heater dan ventilasi, tidak terdapat turning pada mesin penetas karena pada mesin penetas tidak terjadi pembalikan telur seperti pada mesin pengeram sehingga tempat yang digunakan untuk meletakkan telur berupa keranjang (basket) dengan kapasitas 150 butir per keranjang, ini membantu agar DOC yang sudah menetas nantinya tidak terjatuh karena pada mesin penetas sudah terjadi pipping yaitu telur yang mulai menetas ditandai dengan retaknya cangkang telur.

 Temperatur optimal untuk perkembangan embrio tidak sama untuk semua telur, tergantung banyak faktor diantaranya besar telur, kualitas kerabang, genetis, umut telur dan kelembaban udara selama penetasan (Suprijatna et al., 2005). Suhu dan kelembaban rata-rata selama proses penetasan sebesar 36,330 C dan 57,22%, pemutaran telur dilakukan tiga kali sehari (Wicaksono et al., 2013). Suhu di dalam inkubator maupun hatcher harus konstan (37,60 C) dan dicek setiap jam. Cara pengaturannya pun diatur sehingga kapasitas satu mesin tidak dipenuhi sekaligus, melainkan hanya 1/3 bagian pada setiap minggu. Hal ini berkaitan dengan pengeluaran dan penyerapan panas (Winarto et al., 2008).

Sirkulasi berjalan dengan baik melalui ventilasi dan posisi telur dengan ujung telur di atas dan ujung runcing di bawah dengan pembalikan telur dilakukan 3-4 kali sehari (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Keberadaan ventilasi dalam mesin tetas sangat penting karena dengan adanya ventilasi akan terjadi pergantian udara segar di dalam mesin tetas. Ventilasi berguna untuk mensuplai oksigen dan mengeluarkan karbondioksida yang muncul akibat metabolisme telur selama pengeraman berlangsung. Pemutaran telur harus dilakukan setiap jam sekali, arah pemutaran telur untuk semua rak yang ada dalam mesin tetas harus searah, hal ini penting untuk sirkulasi udara dan panas (Winarto et al., 2008). Pada penetasan menggunakan mesin tetas, telur diletakkan dengan ujung tumpul dibagian atas, tidak berarti harus vertikal. Apabila telur tidak diputar makan akan terjadi persinggungan yolk dengan bagian albumen lain yang mengandung enzim lisosim yang akan menguraikan protein sehingga akan mengakibatkan kematian embrio yang sedang berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemutaran telur setiap 15 menit dapat meningkatkan daya tetas, tetapi tidak menguntungkan. Pemutaran telur secara otomatis diperusahaan sekitar 6-8 kali perhari atau 3 jam sekali (Suprijatna et al., 2005).

Vaksin

Vaksin merupakan mikroorganisme agen penyakit yang telah dilemahkan virulensinya atau dimatikan dan apabila diberikan pada hewan tidak menimbulkan penyakit melainkan dapat merangsang pembentukan zat kebal yang sesuai dengan jenis vaksinnya. Tizard (1998) menyatakan bahwa vaksin secara umum adalah bahan yang berasal dari mikroorganisme atau parasit yang dapat merangsang kekebalan terhadap penyakit yang bersangkutan sehingga tercapainya resistensi. Vaksin terbagi menjadi beberapa jenis yaitu vaksin hidup (lived), vaksin dimatikan (killed), vaksin subunit, dan vaksin rekombinan. Virus yang digunakan dalam vaksin hidup adalah virus yang dilemahkan dengan tujuan untuk menghilangkan sifat virulensinya, sedangkan pada vaksin mati digunakan virus yang dimatikan (dengan pemberian formalin atau propiolakton) dan ditambah adjuvan tetapi masih memiliki sifat imunogenitasnya.

Vaksinasi merupakan usaha yang paling efektif untuk melindungi ayam pada berbagai tingkat umur terhadap penyaki. Status imunologi hewan di tentukan oleh status nutrisi dan manajemen pemeliharaan, oleh sebab itu hal tersebut menjadi faktor utama dalam keberhasilan vaksinasi. Hal itu dapat juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan hewan. Hewan dapat mengalami stres akibat suatu penyakit, maupun akibat kondisi pemeliharaan yang tidak nyaman. Strategi vaksinasi juga mempengaruhi keberhasilan vaksinasi, sehingga peternak sering melakukan vaksinasi berbagai jenis penyakit dalam waktu yang bersamaan. Vaksinasi berbagai jenis vaksin dalam waktu yang bersamaan dapat mempengaruhi kemampuan hewan dalam merespon sistem kekebalan (Arzey, 2007). Terdapat beberapa vaksinasi yang wajib pada ayam. 

Vaksin Newcastle Disease dapat berasal dari virus galur lentogenik, mesogenik maupun velogenik. Virus lentogenik merupakan strain virus ND yang mempunyai tingkat virulensi dan mortalitasnya rendah yaitu strain B1 (Hitchner), strain La Sota, strain F (FAO 2004). Strain F memiliki tingkat virulensi paling rendah dibandingkan dengan strain lain pada virus galur lentogenik. Vaksin dengan strain F paling efektif apabila digunakan secara individu. Strain B1 memiliki tingkat virulensi lebih tinggi dibandingkan dengan strain F. Aplikasi vaksin strain B1 dilakukan melalui air minum atau penyemprotan/spraying. Pemberian vaksin B1 dilakukan pada day-old-chick (DOC) kemudian dilanjutkan dengan vaksin strain La Sota pada umur 18 – 21 hari dan ayam periode bertelur (Fadilah dan Polana 2004).


BAB IV – KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. unit Tengaran dapat diambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan proses dan prosedur penetasan, sanitasi dan biosecurity yang dilakukan perusahaan tersebut sudah cukup baik dan dilakukan sesuai standar operasional yang telah ditetapkan perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA

Arzey G. 2007. Newcastle Disease-compulsory vaccination. New South Wales : NSW Department of Primary Industries.

Fadilah R, Polana A. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya. Depok. PT. Agromedia Pustaka.

Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E, U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tizard IR. 1998. Pengantar Imunologi Veteriner. Terjemahan: Partadireja M. Surabaya: Airlangga University

Wicaksono, D., T. Kartini dan K. Nova. 2013. Perbandingan fertilitas serta susut, daya dan bobot tetas ayam kampung pada penetasan kombinasi. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 1 (2): 1-8

Winarto, B. Syah, dan Harmen,. 2008. Rancang bangun sistem kendali suhu dan kelembaban udara penetas ayam berbasis PLC (Programmable Logic Controller). 2 (1) : 23-32