LAPORAN PRAKTIKUM PASTURA – PENANAMAN DAN PEMUPUKAN

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN PASTURA – PENANAMAN DAN PEMUPUKAN

TINJAUAN PUSTAKA

Penanaman.

Penanaman tanaman jagung dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu multikultur dan monokultur. Multikultur adalah penanaman lahan dengan banyak tanaman yang berbeda-beda secara bersama-sama dalam waktu yang sama. Misalnya dalam satu waktu lahan ditanami jagung, ketela pohon, dan kacang tanah. Cara ini sering juga disebut denga istilah tumpang sari, yang mempunyai tujuan agar kesuburan tanah tetap terjaga, yaitu dengan menjaga keseimbangan persediaan unsur-unsur yang ada dalam tanah. Monokultur adalah menanami lahan hanya denga satu jenis tanaman secara berselang-selin, atau bergantian. Misalnya sekarang jagung, tahap yang kedua padi atau sebaliknya. Penanaman dengan cara ini sering disebut dengan istilah rotasi tanaman. Rotasi tanaman pada dasarnya memiliki tujuan yang hampir samam denga tumpang sari, hanya saja waktu pananaman yang berbeda maka pengambilan unsur yang ada dalam tanah juga bergantian. Melalui cara bergatian pula unsur itu akan berkurang, sehingga diharapkan denga penanaman yang bergantian, keseimbangan jumlah unsur-unsur dalam tanah juga tetap terjaga (Rochani, 2000).

Penanaman yang baik harus diberi pupuk sehingga tanaman menjadi subur karena bertambahnya unsur hara tanah. Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yan terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya dalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai kandungan unsur hara lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik ini termasuk tinggi. Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk ynag dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai macam bahan kimia sehingga memiliki presentase kandungan hara yang tinggi. Contoh pupuk anorganik adalah urea, TSP dan Gandasil (Novizan, 2002).

Peranan tanah bagi pertumbuhan tanaman.

Tanah merupakan media yang digunakan tanaman untuk tumbuh. Sehingga tanah sebagai media untuk tumbuh harus mengandung unsur-unsur yang dapat menunjang untuk pertumbuhan tanaman. Contoh unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman adalah Bo, Ca, Mo, P, N, Cu, Mg, dan S. Unsur-unsur kimia tersebut biasa dinamakan unsur hara tanaman. Unsur-unsur tersebut hampir seluruhnya berasal dari tanah yang diserap oleh akar tanaman. Sebagian dari unsur hara tersebut ada yang diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dengan normal, tetapi sebagian yang lain kalaupun tidak tersedia, tanaman tidak akan terganggu pertumbuhannya (Mardjuki, 1992).

Tanah adalah sebuah komponen dari keseluruhan ekosistem dan tidak dapat dilepaskan dari  kesehatan ekosistem tersebut. Bidang pertanian, tanah yang sehat  memiliki kondisi  fisik, kimia, dan biologis optimal untuk produksi tanaman dan memiliki kesanggupan untuk menjaga  kesehatan tanaman serta kualitas ekosistem yang mencakup air dan tanah. Sejumlah kondisi, tanah yang sehat mungkin saja tidak berfungsi  sebagai komponen ekosistem yang sehat karena  adanya penambahan komponen tanah yang tidak sehat dari luar tanah itu sendiri  misalnya penambahan bahan kimia yang berlebihan atau pembuangan limbah toksik (Elliott, 1998).

Tanah sehat dan subur merupakan sistem hidup dinamis yang dihuni oleh berbagai organisme (mikro flora, mikro fauna, serta meso dan makro fauna). Organisme tersebut saling berinteraksi membentuk suatu rantai makanan sebagai manifestasi aliran energi dalam suatu ekosistem untuk membentuk tropik rantai makanan (Simarmata et al., 2003). Ekosistem tanah, tropik rantai makanan dimulai dari tropik level pertama, yaitu kelompok organisme (tanaman dan bakteri) produsen yang mampu memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energinya. Selanjutnya diikuti oleh tropik kedua hingga ke tingkat tropik yang tertinggi. Hal ini berarti, bahwa  kehadiran suatu organisme akan mempengaruhi keberadaan organisme lain secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan tanah dapat dievaluasi secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan indikator seperti kemampuan tanah sebagai media tumbuh tanaman maupun mikroba (Simarmata et al, 2003).

Penanaman tanaman pertanian dapat menyebabkan tanah mengalami serangkaian perubahan yang besarnya tergantung dari jenis-jenis tanah. Perubahan unsur hara tanah yang dapat terjadi akibat penanaman tanaman pertanian antara lain adalah perubahan susunan abu, keasaman tanah, basa-dapat-tukar, bahan organik tanah dan nitrogen organik, daya tukar kation, kadar fosfor yang tersedia serta populasi mikrobia tanah. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan hasil tanaman. Laju terjadinya proses penurunan produksi tanaman pertanian berbeda-beda, tergantung sifat tanah, sistem budidaya dan pengelolaan (Simamarta et al., 2003).

baca juga : 30 Alat Alat Laboratorium dan Fungsinya

Jagung.

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn. Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki beberapa persyaratan

Tanaman jagung biasanya hidup pada 50o LU dan 40o LS, memiliki curah hujan 85-100mm/bulan, dengan suhu 21 sampai 34OC. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain, andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya (Jumini et al., 2011). Berikut adalah taksonomi dari tanaman jagung.

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays (Jumini et al., 2011).

Inokulum rhizobium.

Pengertian pemupukan antara lain adalah menambah unsur yang kurang, mengganti unsur yang hilang, menyeimbangkan unsur hara dalam tanah, unsur pembatas pertumbuhan, dan memfasilitasi tersedianya unsur hara yang lain. Tanaman jagung, pemupukan pertama dan kedua dilakukan dengan ditugal di samping rumpun tanaman (Sukmana et.al., 1990). Biaya pemupukan dapat diturunkan dengan praktek pertanian yang dilaksanakan dengan memberikan pupuk sekadar cukup untuk tambahan hara tanah yang tersedia dan menaikkan tingkat hara.

Pemupukan.

Harjadi (1991) mengungkapkan bahwa pemupukan adalah pemberian bahan-bahan pada tanah agar dapat menambah unsur-unsur atau zat makanan yang diperlukan tanah secara langsung atau tidak langsung. Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah sehingga tanaman dapat tumbuh lebih cepat, subur dan sehat. Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman harus mempunyai kandungan hara yang cukup untuk menunjang proses pertumbuhan tanaman sampai berproduksi, artinya tanah yang digunakan harus subur.sesungguhnya diperlukan tanaman (Harjadi, 1991).

Jenis – jenis pupuk.

Pupuk merupakan suatu bahan yang disediakan dengan maksud dapat digunakan untuk memberikan unsur hara secara langsung atau tidak langsung kepada tanaman. Berdasarkan terjadinya pupuk dibedakan menjadi pupuk buatan dan pupuk alam, sedangkan berdasarkan senyawa yang tersedia bagi tanaman dibedakan pupuk anorganik dan pupuk organik (Mardjuki, 1992).

Pupuk buatan ialah pupuk yang proses kimianya dibuat di pabrik, sedangkan pupuk alam, proses kimianya terjadi secara alami. Pupuk buatan umunya diberi nama sesuai dengan unsur hara utama yang dikandungnya, misalnya pupuk N (Nitrogen), pupuk K (Kalium), dan pupuk P (Fosfor). Sesuai dengan rumus kimianya pupuk buatan juga dibedakan menjadi pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik buatan yang hanya mengandung salah satu unsur N, P, K, dinamakan pupuk tunggal, sedang apabila mengandung lebih dari satu unsur tersebut dinamakan pupuk majemuk atau kompon. Triple Super Phosfat (TSP), Amonium Sulfat (ZA), Kalium Sulfat (ZK), dan kalium klorida (KCl), merupakan contoh pupuk tungga N, P, K anorganik. Urea merupakan pupuk N tungga organik. Amonium Fosfat, Kalium Fosfat, Kalium Nitrat, dan Amonium Kalium merupakan contoh pupuk majemuk (Mardjuki, 1992)

Kebutuhan dan gejala defisiensi.

Penentuan kebutuhan pupuk didasarkan atas; 1) jumlah hara yang terangkut bersama panen, 2) cadangan hara yang terangkut bersama panen, 3) tanda kekurangan unsur hara pada tanaman. Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan cadangan hara didalam tanah memerlukan analisis tanah di laboratorium. Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan tanda kekurangan hara yang diperlihatkan tanaman, memerlukan keahlian dan pengalaman khusus. Kadang-kadang gejala kekurangan antara unsur yang satu dengan yang lainnya sulit dibedakan dan gejala tersebut tidak menggambarkan berapa jumlah pupuk yang harus diberikan. Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan perkiraan jumlah hara yang terangkut bersama panen merupakan cara yang paling sederhana dan mudah (Agus dan Rujiter, 2004).

Tingkatan defisiensi menghasilkan gejala tertentu dari kelaparan hara. Tingkatan yang lebih tinggi, walaupun gejala defisiensi mungkin belum nampak, tanaman-tanaman memberikan tanggapan terhadap pemupukan dengan kenaikan hasil atau penampilannya. Tingkatan hara tanah yang tidak memberikan respons nyata terhadap pupuk, tanaman dapat terus-menerus menunjukkan kenaikan tingkatan absorbs hara, yang dikenal dengan istilah konsumsi mewah (luxury consumption). Tingkatan yang tertinggi, secara tidak normal atau tingkatan keracunan (toxic levels), pertumbuhan berkurang dan mungkin bahkan terjadi kematian (Harjadi, 1991).

Metode pemupukan.

Cara pemupukan umumnya melalui media tanah atau media tumbuh, tetapi untuk pupuk pelengkap dapat dilakukan langsung pada daun dengan penyemprotan agar memperkecil hilangnya unsur hara baik karena pelindian atau terhambat oleh tanah maka pemupukan tidak diberikan sekaligus seluruh dosis (Mardjuki, 1992).

Terdapat berbagai cara penempatan pupuk. Pemberian secara broadcast, menunjukkan pada penebaran terserak dari bahan secara merata pada permukaan tanah, biasanya dilakukan sebelum tanaman ditanamkan. Pemberian secara permukaan itu mungkin tidak seefektif seperti cara topdressing, yaitu penempatan pupuk langsung di atas tanaman tumbuh. Pupuk dapat pula ditempatkan sepanjang sisi tanaman sebagai side dressing, pemberian secara top dressing biasa dilakukan bersama dengan penyiangan. Pupuk juga dapat ditempatkan dalam jaluran tak terputus diantara barisan (band placement) atau dapat dijatuhkan di belakang bajak di dasar aluran (plow sole placement), (Harjadi, 1991).

MATERI DAN METODE

 Materi

  • Alat. Alat – alat yang digunakan dalam praktikum antara lain cangkul, semprotan air dan patok.
  • Bahan. Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain jagung (Zea mays), pupuk kandang dan pupuk urea.

Metode

Bahan yang akan ditanam adalah jagung (Zea mays) ke dalam lubang pada petak yang telah disediakan. Kemudian dipupuk dengan metode in the row placement yaitu dilakukan dengan menempatkan pupuk pada lubang – lubang dimana benih – benih akan ditanam. Dibuat enam lubang dengan menggunakan tangan pada permukaan tanah. Selanjutnya pada masing – masing lubang tersebut diberi pupuk kandang dan pupuk urea (cair). Jagung yang ditanam dimasukkan pada setiap lubang yang telah diberi pupuk. kemudian pertumbuhan dan perkembangan tanaman diamati selama empat minggu yang berupa tinggi tanaman dan jumlah daun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

 Berdasarkan pengamatan pada saat praktikum cara penanaman serta perlakuan dapat dilihat pada tabel 4. Praktikum penanaman ini menggunakan tanaman jagung dengan jenis Zea mays. Tanaman ini merupakan jenis tanaman yang adaptif dan mudah ditanam, selain itu hasilnya pun kini banyak diminati masyarakat. Tanaman jagung ini diberi air secukupnya agar dapat tumbuh. Cara penanaman dan perlakuan tanaman tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Cara penanaman dan perlakuan tanaman

Nomor Kelompok Jumlah biji Perlakuan Berat pupuk kandang (gr)
1 10 75 Pupuk cair
2 6 75 Pupuk cair
3 9 75 Pupuk kandang 1500
4 5 75 Pupuk kandang 1000

Berdasarkan data tabel 1 perlakuan tanaman yang dilakukan pada kelompok 10, 5, 6 dan 9 masing – masing perlakuannya berbeda. Kelompok 10 dan kelompok 5 menggunakan pupuk cair. Perbandingan pupuk dan air kedua kelompok tersebut adalah 500 liter : 2,5 liter. Cara pemupukan kedua kelompok tersebut masing – masing juga sama yaitu dengan cara penyebaran secara merata di atas permukaan tanah sebelum dilakukan penanaman. Sedangkan kelompok 6 dan kelompok 9 menggunakan pupuk kandang yang telah disediakan. Berat pupuk kandang yang digunakan untuk kelompok 9 adalah 1500 gram dan kelompok 5 sebesar 1000 gram. Pemberian pupuk kandang dilakukan dengan cara mencampur tanah dengan pupuk sebelum penanaman. Cara penanaman keempat kelompok tersebut sama yaitu menggunakan 75 biji jagung yang ditanam di dalam 25 lubang pada lahan berukuran 1m x 1m. Pembuatan lubang dilakukan setelah lahan tersebut diberi pupuk. Jarak tanam yang digunakan saat praktikum penanaman jagung manis kurang lebih berjarak 25 x 25 cm.

Menurut Agus dan Rujifer (2004), varietas jagung yang berbeda umurnya mempunyai optimum populasi yang berbeda. Varietas berumur dalam (kurang lebih 100 hari), composite populasi optimum adalah kurang lebih 50.000 tanaman/ha, ditanam dengan jarak tanam 75 x 25 cm, dengan satu tanaman pada satu lubang. Varietas umur tengah (80 sampai 90 hari) optimum populasi adalah kurang lebih 70.000 tanaman/ha, ditanam dengan jarak tanam 75 x 20 cm, 670.000 tanaman/ha ditanam dengan jarak tanam 75 x 20 cm. Jarak tanam yang digunakan pada penanaman masih kurang baik, karena terlalu sempit sehingga dapat meningkatkan kompetisi antar tanaman. Menurut Harjadi (1991), jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan zat hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil tanaman tersebut.

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak yang tertumpuk cukup lama, kotoran yang baru kurang baik untuk langsung digunakan, karena belum mengalami proses fermentasi (Mardjuki, 1992). Pemupukan mengunakan pupuk kandang yang dilakukan adalah dengan cara mencampur pupuk kandang dengan tanah saat biji baru saja ditanam. Mardjuki (1992) menambahkan bahwa pupuk urea (cair) dengan cara melarutkan dengan air kemudian di cipratkan ke tanah yang sudah di tanami jagung. Unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk-pupuk tersebut merupakan unsur utama bagi tanaman karena harus tersedia dalam perimbangan tertentu untuk menjamin pertumbuhan hijauan yang baik.

Apabila dilakukan perbandingan dengan literatur telah sesuai untuk pemberian pupuk kandang yaitu dicampur terlebih dahulu dengan tanah sebelum penanaman, namun pemberian pupuk urea cair tidak sama dengan literatur karena pupuk yang diberikan pada tanah sebelum dilakukan penanaman.

Lakitan (1995) unsur hara baru dapat diserap oleh tanaman apabila unsur hara tersebut berada dekat permukaan akar. Menurut Sarief (1986) dalam Jumini et al (2011) di samping dosis pupuk, cara pemupukan juga sangat menentukan tingkat keberhasilan dari suatu tujuan pemupukan. Bila penempatan pupuk tepat pada perakaran yang aktif maka pemupukan tersebut akan memberikan manfaat bagi tanaman.

Literatur diatas berhubungan dengan hasil praktikum tentang pengukuran tanaman yang dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Pengukuran Tanaman

Kelompok Tinggi Tanaman Jumlah Daun Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4
10 47 48,8 56,5 58,5 5 6 6 6
6 44,75 50,25 50,4 51,75 6 6 6 7
9 44,75 45 50 51,75 5 6 7 7
5 8 11 19 25 2 3 4 5 Minggu I belum tumbuh

Berdasarkan data diatas diketahui rata – rata tinggi tanaman dan jumlah daun masing – masing kelompok bertambah setiap minggu. Pengukuran tersebut dilakukan selama empat minggu berturut – turut. Hal ini diketahui  sesuai literatur diatas, bila penempatan pupuk tepat pada perakaran yang aktif maka pemupukan tersebut akan memberikan manfaat bagi tanaman. Namun untuk kelompok 5 mempunyai catatan bahwa pada minggu I dari semua biji yang ditanam belum ada yang tumbuh sama sekali. Hal ini belum diketahui penyebab utamanya kemungkinan terjadi kesalahan pada penanaman biji yang terlalu dalam. Pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun diketahui kelompok 10 dan kelompok 6 lebih tinggi nilai pertambahan tanamannya dikarenakan ekua kelompok tersebut menggunakan pupuk urea cair. Sedangkan untuk kelompok 9 dan 5 nilai pertambahan tanamannya berada dibawah rata – rata kelompok 10 dan kelompok 6.

Tesdale dan Nelson (1975) dalam Usman Made (1992), menyatakan bahwa perkembangan jaringan tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan unsur hara terutama unsur Nitrogen, dengan tersedianya Nitrogen yang cukup maka tanaman akan membentuk bagian-bagian vegetatif yang cepat, disebabkan karena jaringan meristem yang akan melakukan pembelahan sel, perpanjangan dan pembesaran sel sangat membutuhkan Nitrogen untuk membentuk dinding sel yang baru dan protoplasma.

Tersedianya Nitrogen yang cukup menyebabkan adanya keseimbangan rasio antara daun dan akar, maka pertumbuhan vegetatif berjalan manual dan sempurna. Pada kondisi demikian akan berpengaruh pada tanaman untuk memasuki fase pertumbuhan generatif.

Fachruddin (2002) dalam Idham (2004) menyatakan bahwa berimbangnya antara pertumbuhan vegetatif dan generatif pada awal fase generatif dapat memperbaiki organ reproduktif secara keseluruhan. Penampilan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan dapat melalui pemberian Nitrogen dalam tanah, karena tanaman yang kekurangan Nitrogen akan mempengaruhi kandungan klorofil pada daun sehingga mempengaruhi laju fotosintesis. Warisno (1998) menyatakan bahwa pengaruh penggunaan Nitrogen terhadap kualitas dan kuantitas hasil adalah penyempurnaan proses pengisian biji secara penuh sehingga bernas mengeraskan dan mencegah pengecilan biji pada ujung tongkol, hal ini berkorelasi positif dengan berat tongkol pada tanaman jagung.

Tingkatan tanggapan tanaman terhadap pupuk sebagian berhubungan dengan kapasitas produktif (productive capacity) dari tanah. Tanaman yang ditanam pada tanah-tanah dengan kapasitas produktif rendah menunjukkan respon maksimum pada pemupukan tingkat rendah pada tanah. Pertumbuhan jagung manis tersebut, dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor yang penting adalah kapasitas produktif dari tanah itu sendiri. Pupuk urea merupakan pupuk organik, pupuk organik tidak hanya berfungsi sebagai penambah unsur hara seperti pupuk anorganik tetapi juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah (Mardjuki, 1992). Pemberian pupuk urea yang dipadukan dengan pupuk kandang, sudah merupakan penerapan pemupukan yang baik, karena dapat menjaga sifat fisik dari tanah itu sendiri, hanya saja dimungkinkan penyerapan tanaman jagung terhadap unsur hara kurang maksimal, sehingga produktivitasnya pun kurang baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum cara penanaman dan pemupukan tanaman jagung sudah sesuai literatur. Pemupukan menggunakan pupuk urea cair lebih efisien karena pertambahan tinggi tanaman selama 4 minggu rata – rata berkisar 51,70 cm sedangkan dengan pupuk kandang rata – rata berkisar 47,88 cm. Pertumbuhan tanaman lebih cepat dibandingkan menggunakan pupuk kandang. Namun dampak pada tanah adalah menjadi agak keras. Jarak penanaman tanaman jagung kurang baik karena terlalu sempit.

DAFTAR PUSTAKA

 Agus, F., dan J. Ruijter. 2004. Perhitungan Kebutuhan Pupuk. http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/Publications/files/leaflet/LE0018-04.pdf. Accesed on 29 November 2013

Elliott, E.T. 1998. Rationale for developing bioindicators of soil health. Di    dalam Pankhurst, C., Doube, B.M. & Gupta, V.V.S.R. (eds).  Biological          Indicators of Soil Health. Wallingford: CABI Publishing. Murbandono,     HS. L. 1990. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

Harjadi, Setyati Sri M. M. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Murphy, Bill. 1998. Greener Pastures on Your Side of The Fence Fourth Edition. Arribia Publishing. United States of America

Idham, 2004. Respon Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata) Terhadap Berbagai Takaran Pupuk Urea. J. Agroland Vol. 11(1): 73 – 77.

Jumiani, Nurhayati dan Murzani. 2011. Efek Kombinasi Dosis Pupuk NPK dan Cara Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. J. Floratek 6: vol 165 – 170

Mardjuki, Asparno. 1992. Pertanian dan Masalahnya. Penerbit : Andi Offset. Yogyakarta

Novizan. 2002. Petunjuk pemupukan yang efektif. Agromedia pustaka. Jakarta.

Rochani, Siti.  2000. Bercocok Tanam Jagung. Axza press. jakarta

Sarief, E. S. 1986. dalam jumianiKesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 150 hlm.

Simarmata, T., Sumarni, Y. & Arief, D.H. 2003. Teknologi bioremediasi untuk mempertahankan keberlanjutan kesehatan tanah dan produktivitas          tanaman pada ekosistem lahan kering dalam era pertanian ramah lingkungan di Indonesia. Makalah dipresentasikan pada Kajian Keilmuan Pertanian Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung 14 Juli 2003.

Sukmana Soleh, Mahyuddin Syam, Abdurachman Adimihardja. 1990. Petunjuk Teknis Usahatani Konservasi Daerah Aliran Sungai. Departemen Pertanian. Salatiga, Jawa Tengah

Usman Made, 1992. Pengaruh Dosis Dan Waktu Pemupukan Nitrogen Pada Tumpang Sari Jagung (Zea mays L.) Dengan Kacang Tanah (Arachis hypogea L.). Balai Penelitian Universitas Tadulako, Palu.

Warisno, 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.